Agustus adalah bulan besar khususnya bagi seluruh rakyat Indonesia karena bertepatan dengan ulang tahun kemerdekaan bangsa Indonesia. Tepatnya 69 tahun yang lalu bangsa Indonesia melalui putra terbaiknya ( Soekarno-Hatta ) atas nama bangsa Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaannya dari belenggu bangsa asing tidak kurang dari 3,5 abad lamanya.
Terlepas dari itu banyak sekali agenda yang dilaksanakan oleh sebagian besar warga Indonesia mulai dari upacara memperingati detik-detik proklamasi, upacara tabur bunga, apel renungan suci lomba-lomba rakyat semisal panjat pinang, balap karung dan sebagainya. Dan yang lebih heboh lagi adalah adanya perayaan yang berupa karnaval ( semacam ajang pertunjukkan berbagai kesenian baik yang merupakan kebudayaan setempat maupun imitasi / tiruannya ) hal ini sudah lazim dilkasanakan terutama di daerah Jawa dan sekitarnya. Para peserta karnaval akan menampilkan berbagai kreasi seni gerak, seni musik, bahkan opera, atau mungkin pula keahlian tertentu misalnya sepeda gila, topeng monyet, kuda lumping, reog dan sebagainya. Kesemuanya akan diarak keliling kampung dan yang unik dari kesemuanya adalah peserta karnaval terdiri dari berbagai golongan baik dilihat dari segi umur, maupun status sosial kesemuanya turut serta dalam memeriahkan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia tercinta.
Seiring dengan perkembangannya hakikat karnaval mulai dilupakan oleh sebagian besar warga, betapa tidak dalam karnaval sudah mengalami pergeseran sehingga dalam karnaval itu sendiri banyak ditemukan kesalahkaprahan diantaranya :
Seiring dengan perkembangannya hakikat karnaval mulai dilupakan oleh sebagian besar warga, betapa tidak dalam karnaval sudah mengalami pergeseran sehingga dalam karnaval itu sendiri banyak ditemukan kesalahkaprahan diantaranya :
- Mulai maraknya tradisi minuman keras dalam proses karnaval itu sendiri, hal tersebut seringkali dilakukan oleh pemuda atau bahkan orang tua maupun anak kecil dibawah umur setiap kali proses kirab ataupun sebelum dan sesudahnya. Bahkan mulai adanya mindset bahwa karnaval identik dengan pesta miras dan sebagainya.
- Bergesernya nilai yang menimbulkan unsur hiburan dalam karnaval itu sendiri lebih ditonjolkan dengan mengesampingkan nilai pendidikan moral dan sosial misalkan banyaknya peserta yang berdandan bahkan sampai telanjang bulat ( hanya bertutupkan beberapa helai daun dsb ) dengan dalih menghibur padahal semestinya yang bersangkutan sadar diri bahwa pemirsa karnaval terdiri dari berbagai kelompok umur. Seringpula petasan dibunyikan tanpa sadar bahwa di sekitarnyapun terdapat bayi di bawah umur yang sangat rentan ( hendaknya si empunya petasan bledosan red ) tidak hanya memburu kebisingan semata.
- Mulai ditinggalkannya budaya yang menjadi ciri khas suku / kelompok tertentu semisal kuda lumping, reog ponorogo dsb parahnya lagi hal itu hanya dikalahkan oleh budaya joget bebas yang notabene bukan budaya kita sendiri.
INTINYA "JAS MERAH" Jangan sekalipun melupakan sejarah.
0 komentar:
Posting Komentar
Monggo dikritik nggeh ???????