Peliknya negeri konoha akhir-akhir ini
Dengan seabrek ceritanya
Dengan sejuta kisah sendu kelangkaan minyak
Rakyat jelata menjerit sejadi-jadinya
Teranglah bahwa kita surga daripada sawit
Nyatanya entah kemana lemak emas itu menyingkir, ketika harganya normal saja
Si emas melambungkan harga tetiba berserakanlah stoknya di segala penjuru negeri
Makde romlah tukang gorengan tak henti-hentinya nyinyir
Sudah pastilah, pikirannya berputar mengolah jualannya yang hampir mampus
Karena nyatanya gorenganlah baginya susu dan popok si Panji anak semata wayangnya
Koh Aceng tukang Kentaki masih memaki diri sendiri, bagaimana mengakali bisnisnya
Akupun tak henti membatin, kenapa tempe goreng, ayam goreng, eseng tahu tempe sudah langka di meja makan
Jatah duit udud bapakku juga berkurang, berkat omelan simbok yang menyadarkanku
"Saiki lengo larang pak, regone larang ning barange ora ono warung ngendi-ngendi"
Ya setidaknya meskipun kata si Embok Iku semuanya kudu diinstal ulang
Gak usah banyak goreng, kukus saja, bakar saja atau apalah alternatif lainnya
Kita gak boleh nangis ya??
Masalahnya minnyak bukan cuma urusan nggoreng mbokde
Ini bisa jadi urusan uang saku, pampers, uang beli susu atau mungkin uang berobat
Pak dewan mencak-mencak di tipi nyatanya enggak ditanggapi dek menteri
Apalagi kami
Kami yang kecil disini
Yang hanya terima jadi
Apa yang didok
Apa yang disepakati
Ya kami kudu legowo saja jika minyak jadi membumbung tinggi
Kabar angin kemarin minyak motor ngikut meninggi
Tadi pagi uput-uput langsung kutahu harganya jadi berubah
Siapa berulah jelas bukan pak lurah
Apalah daya kami hanya gigit jari
Kepada siapa hendak kami bercerita
Sebab kami takpunya cinta
Karena tiada cinta di negeri konoha