Petang itu
Kala temaram lampu menyorot pelan
Kala temaram lampu menyorot pelan
Suara sang garengkung tampak enggan mendayu sebagaimana biasanya
Lirih langkah terseok
Lirih langkah terseok
Tak urus jika nanti hasilnya tetap pupus
Segenap juang seolah musnah
Seolah hilang arah
Celoteh Bapak seolah kepul asap saja
Celoteh Bapak seolah kepul asap saja
Kepulan rokoknya terbuang percuma
Bait lagu Cuando Me Enamoro terngiang
Perlahan air bening menetes lancar di pipi
Aku mengenangmu
Aku menyayangkanmu
Aku gak bisa
Aku gak bisa
Hening rasaku
Sepi kalbuku
Didera sendu
Ditatap pilu
Aku bisa apa
Sekali kali bulir bening di mata bapak menohokku
Tangis emak menambah berat
Piluku menyanyat
Pedihku menahan sekarat
Aku bisa apa
Sarung bapak tampak mengeper
Lusuh pula jelas terlihat
Kulitnya coklat mengkilap
Namun percayalah hatinya Setegak Menara Masjid Al Hadad
Selembut kapas randu kali Lanang Ngantru
Manakah ada pemandangan seindah senyum Bapak
Aku bisa apa
Aku bisa apa
Kami nyaman saja menyeruput kopi tiap pagi
Kami nyaman saja seringkali ngonyo panas-panas di empang
Nyaman saja santap dengan sayur dan garam
Kami tertawa pula meski menghisap asap rokok Bapak
Karena
Karena
Aku dan bapak biasa saja
Saat ini saja mungkin merana
Mungkin pilu
Haha, kami menangis saja sebisanya
Esok pasti ada bahagia
Pada Saatnya
Pada Saatnya